AWAL KEHIDUPAN DI BALIK DINDING KOS
Pada awal bulan Juli tahun 2006 seorang siswi yang baru saja lulus dari sekolahnya, yaitu salah satu SMP Negeri di daerah Lampung Timur baru saja tiba di kota Bandar Lampung dengan tujuan melanjutkan sekolahnya di tingkat Sekolah Menengah Atas di kota Bandar Lampung. Ia datang di Bandar Lampung dengan senyuman. Dia tiba diantar dengan keluarga kecilnya yang terdiri atas 5 orang, yaitu Ayahnya, Ibunya, adik perempuannya, adik laki-lakinya, dan dia sendiri.
Sebuah mobil pribadi sampai di depan sebuah rumah kos-kosan untuk putri yang terletak di depan sebuah masjid. Masih bisa dibilang baru untuk sebuah kos-kosan. Tidak lain dan tidak salah lagi, bahwa mobil tersebut adalah kepunyaan keluarga kecil itu. Dari dalam rumah, seorang wanita berjilbab yang cantik dan keibuan melangkah ke luar. ”Pasti inilah ibu kos di sini. Alangkah anggunnya wanita ini,” pikirnya.
Teringat kembali olehnya kata-kata kakak sepupu perempuannya yang memang lebih dewasa darinya dan sudah lam tinggal di Bandar Lampung, ”Dina mau sekolah di sini ya? Ya sudah, Dina jangan khawatir lagi, ya. Nanti pasti aku akan carikan tempat kos yang dekat dengan sekolahmu, bagus dan juga nyaman. Oke? Oh, ya, selamat, ya atas keberhasilanmu lulus di tes Penerimaan Siswa Baru ke SMA Negeri 9 Bandar Lampung. SMA favorit. Hebat kamu,” celotehnya ketika ia memulai percakapan di telepon.
”Dina, dina,ayo masuk, sampai kapan kamu mau berdiri di luar? Apa kamu tidak mau melihat-lihat dulu isi kos-kosan ini? Jika kamu suka dengan suasana di kosan ini, kamu bisa menyewa kamar di sini dan ini tempat tinggal kamu untuk 3 tahun ke depan,” suara ibunya yang lembut itu terdengar memecahkan lamunannya tentang percakapannya di telepon kemarin siang. Ayahnya memegang pundaknya membimbingnya masuk ke halaman kos-kosan putri itu.
”Selamat siang, silahkan masuk untuk melihat-lihat dulu kamar-kamar di dalam, apakah sesuai dengan keinginan anaknya. Siapa tahu cocok dengan selera,” sambut ibu kos itu dengan senyum ramahnya yang meneduhkan. ”Dina, ya namanya? Manis, ya. Banyak siswi dari SMA Negeri 9 juga, lho di sini,”sambut Ibu kosan itu seraya mempersilahkan Dina sekeluarga masuk ke dalam kosan.
Esoknya, ketika matahari pagi pun masih enggan memberkaskan sinarnya di muka bumi dan azan baru saja selesai berkumandang dan berhenti melantunkan nada-nada bagai nyanyian malaikat pemberi rizki di pagi hari disambut dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an nan merdu dari seorang remaja masjid di sana membuat ketentraman hati makin menjadi untuk memulai aktivitas di pagi hari itu, Dina sekeluarga baru saja tiba di depan kos-kosan putri itu kembali, Asrama Putri Cempaka Puith. Namun, kali ini ia hanya bertiga dengan Ibu dan Ayah tercintanya yang bergegas menurunkan barang-barang putri sulungnya itu. Sang ibu berhenti menurunkan barang lalu sibuk menasihati dan mewanti-wanti anak gadis tercintanya yang sudah mulai dewasa itu. Mengingatkan di mana saja barang-barang yang dipak sejak semalam itu terletak. Tidak lupa memberi titah agar tidak melakukan hal-hal yang tidak-tidak serta membuat orang tua kecewa. Belajarlah sungguh-sunggguh.
Setelah Dina mencium tangan kedua orang tuanya serta berpelukan serta berpamitandan meminta doa restu dari orang tuanya untuk ia menuntut ilmu, sang Ibu pemilik kos-kosan itu menuntunnya ke sebuah kamar yang kosong di dalam kos-kosan itu. Kamar yang cukup nyaman karena menghadap ke arah jendela luar. Sehingga Dina bisa melihat dengan jelas akivitas di depan masjid yang terletak berhadapan dengan kos-kosan itu. Sang Ibu kosan membantunya mengangkat barang-barang bawaan Dina yang lumayan banyak itu lalu meletakannya di dalam kamar untuk diap disusun dengan rapi oleh Dina.
Selepas Ibu kosan beranjak keluar dari kamarnya setelah memberi penjelasan ini dan itu seputar kos-kosan itu, ia pun membereskan dan menata kamarnya sendirian. Tidak disangka seorang siswi yang baru saja menginjak bangku kelas 1 SMA itu sangat telaten membereskan kamarnya. Dia bekerja sambil mengingat-ingat letak barang-brang di dalam bawaannya yang lumayan banyak itu.
Dina membereskan kamarnya tanpa mengeluh sedikitpun. Dia bekerja dengan giat dan semangat. Karena kamar itulah yang akan menjadi tempat tinggalnya untuk tiga tahun ke depan selama dia bersekolah di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.
Dia baru saja selesai membereskan kamarnya yang tidak terlalu luas itu menjadi tempat yang sangat nyaman untuk ditinggali pada sore hari. Dia bekerja semenjak pagi tadi, tidak pula lupa untuk menyiapakan seragam untuk ke sekolah keesokan harinya dalam rangka pra-Masa Orientasi Siswa (MOS), setelah itu dia cepat-cepat mengambil air wudhu di kamar mandi untuk dia sholat Ashar, karena waktunya hampir saja habis jika dia menundanya lagi.
Malam itu anak-anak perempuan di kos-kosan itu berkumpul untuk mencari makan malam bersama sekaligus memberi sambutan kepada salah seorang penghuni baru, tidak lain tidak bukan adalah Dina seorang. Di kosan itu penghuni lamanya terdiri dari anak-anak kelas XII dan kelas XI SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Dina pun sangat santun prilakunya terhadap mereka, selain karena mereka senior daripada Dina, terlebih lagi sebagian dari mereka fanatik
lebih senior daripada Dina, terlebih lagi sebagian besar dari mereka kelihatannya sangat fanatik kepada agama Islam dikarenakan sebagian besar dari mereka mengenakan jilbab panjang.
Saat makan malam itulah terlihat sekali kekeluargaan mereka yang sangat erat. Meskipun Dina adalah yang paling muda, namun dengan cepat dia bisa menyesuaikan diri dan cepat merasa nyaman dengan keadaan di tengah-tengah mereka karena meraka amatlah ramah serta menyenangkan menyembut Dina.
Keadaan serta kondisi membuat hati perempuan yang mempunyai dua orang adik itu tenang tanpa memikirkan hal-hal buruk serta optimis dalam menjalani kehidupan barunya di sana walaupun harus jauh dari orang tua. ”Toh, aku bisa pulang seminggu sekali setiap hari Sabtu, sehingga aku tidak akan terlalu rindu kepada seluruh keluargaku yang ada di Lampung Timur,” pikirnya dalam hati. Dina tidur dengan nyenyak malam itu setelah memanjatkan doa kepada Allah.
Esoknya dia berngakat tepat waktu sekali ke sekolah barunya dengan masih memakai seragam SMP. Di sana di diberikan instruksi untuk menjalani Masa Orientasi Siswa (MOS). Tidak lupa juga panitia yang tidak lain adalah OSIS 9 memberikan daftar barang yang harus dipakai dan harus dibawa pada hari MOS nanti.Sedikit heran memang Dina pada awalnya, karena daftar yang akan dibawa dan dipakainya nanti sedikit aneh.
Pada hari Senin, itulah hari pertama masuk sekolah pada Tahun Ajaran Baru itu. Dina dibantu oleh kakak-kakak kelasnya di kos-kosannya untuk mengikat rambutnya sampai berjumlah 9 dan berjumlah 14 pada hari MOS yang ke dua. Sungguh baiklah kakak-kakak senior yang baru ditemuinya itu dan tidak lama baru saja menjadi keluarga di Asrama Putri Cempaka Putih itu. Bersyukurlah dia. Dia tidak mempunyai rasa khawatir dan cemas dalam menjalani kehidupan barunya di sana. Karena dia mempunyai keluarga yang baru dan baik di sini.
It's dedicated to my classmate and lovely friend-----Dina
0 komentar:
Posting Komentar